Cerita Sex Tante Ga kuat Nahan Sange
tersyuur adalah Blog yang menampilkan Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Tante Girang, Cerita Seks Teman Sekantor, Cerita seks dewasaCerita Dewasa Terhits, Cerita Mesum, Cerita Bokep, Cerita Porn, Cerita Seks Dewasa, Foto Sex secara gratis dan selalu update || Tante Ga kuat Nahan Sange
Tante Vera badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu,
kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan gayanya seksi. Tentu
saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Vera.Biasanya,
setiap ada kesempatan saya suka memainkan kemaluanku sendirian. Tapi
belum pernah sampai keluar, waktu itu saya masih belum mengerti apa-apa,
hanya karena rasanya nikmat.
Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Vera juga belum
datang. Setelah pulang sekolah, saya ke kamar tidurku sendirian
memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh Tante Vera yang
seksi. Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno dari
teman-temankuku di sekolah. Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa
kusadari Tante Vera sudah tiba di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu
kamarku yang lupa kukunci.
Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang
telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri. Aduh malunya
setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera kututupi
kemaluanku dengan bantal, wajahku putih pucat.Melihatku ketakutan, Tante
Vera hanya tersenyum dan berkata.
| Tante Ga kuat Nahan Sange |
“,Eh, kamu sudah pulang sekolah., Tante juga baru saja datang”. Saya tidak berani menjawabnya.
“Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri” ujarnya.
“Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri” ujarnya.
Saya tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu.Tante Vera lalu menambah.
“Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok”.
“Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu”, sembari melirik menggoda, dia kembali berkata
“Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu”, tambahnya sembari mendekatiku.
“Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”.
“Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu”, sembari melirik menggoda, dia kembali berkata
“Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu”, tambahnya sembari mendekatiku.
“Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”.
Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil
walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya.Tante Vera pergi ke
kamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali ke kamarku. Lalu dia
berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat perlahan-lahan, dan saking
takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera kututupi dengan kedua
telapak tanganku.
“Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh”, katanya sembari membujukku.
Tanganku dibuka dan mata Tante Vera mulai turun ke bawah kearah
selangkanganku dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti.
Dengan perlahan-lahan dia memegang kemaluanku dengan kedua jarinya dan
menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil
itu di kepala kemaluanku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya
yang cantik.
“Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh” katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.
Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat
kemaluanku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan
wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan
hangat.
“Jangan takut., kamu rebahan saja”, ujarnya membujukku.
Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan,
saya mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya
sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluanku
bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku
sendiri.
“Lihat itu sudah mulai membesar kembali”, kemudian Tante Vera
melumuri Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang
dan kedua bijinya.
Kemudian Tante Vera mulai mengocok kemaluanku digenggamannya
perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusap bijiku
yang mulai panas membara.Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak
seenaknya dihadapan muka Tante Vera yang cantik. Perlahan Tante Vera
mendekati mukanya kearah selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya.
Terasa napasnya yang hangat berhembus di paha dan di bijiku dengan
halus.
Saya hampir tidak bisa percaya, Tante Vera yang baru saja
kukhayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku.Setelah
kira-kira lima menit kemudian, saya tidak dapat menahan rasa geli dari
godaan jari-jari tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja di
ranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Vera yang
licin dan berminyak. Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua
kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat ditengah-tengah
selangkanganku.Mendadak Tante Vera kembali berkata.
“Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang
Tante hisap saja yah”. Saya tidak mengerti apa yang dia maksud.
Dengan tiba-tiba Tante Vera mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala
kemaluanku lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya.Hampir saja
saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, saya tidak
tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras ke dalam
ranjang. Tangannya segera disusupkan ke bawah pinggulku dan
mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang. Kemaluanku terangkat
tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya. Kembali lidahnya
menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam
mulutnya.
Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh
kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya
dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti
untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku.
Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluanku, saya berasa geli
setengah mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai
tangannya.Sekali-sekali Tante Vera juga menghisap kedua bijiku
bergantian dengan gigitan-gigitan kecil.
Dan perlahan turun ke bawah menjilat lubang pantatku dan membuat
lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan
hangat. Saya hanya dapat berpegangan erat ke bantalku, sembari mencoba
menahan rintihanku. Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa
seperti yang saya hendak menjerit. Napasku tidak dapat diatur lagi,
pinggulku menegang, kepala saya mulai pening dari kenikmatan yang
berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku. Mendadak kurasa kemaluanku
seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku
kebelakang.
Dengan seketika, kemaluanku seperti mempunyai hidup sendiri,
berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat ke muka
dan ke rambut Tante Vera. Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang
tidak pernah kualami sebelumnya. Saya tidak sanggup untuk menahan
kejadian ini. Saya merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat
besar. Dengan napas yang terengah-engah, saya meminta maaf kepada Tante
Vera atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya.
Tetapi Tante Vera hanya tersenyum lebar, dan berkata
“Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini”, kembali dia menjilati
cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali
menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih.
“Tante suka kok, rasanya sedap”, tambahnya.Dengan penuh pengertian Tante Vera menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali.
“Tante suka kok, rasanya sedap”, tambahnya.Dengan penuh pengertian Tante Vera menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali.
Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk
kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku.Setelah semuanya
mulai mereda, dengan malu-malu saya bertanya,
“Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?”.Tante Vera menjawab
“Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda”.
“Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda”.
Dan Tante Vera berkata yang kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya.
Tentu saja saya bilang yang saya mau menyaksikannya.Kemudian jari-jari
tangan Tante Vera yang lentik dengan perlahan mulai membuka
kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu
kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung
dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya
bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Vera
memegang kedua tanganku dan meletakannya di atas buah dadanya.
Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras. Putingnya
warna coklat tua dan agak besar. Tante Vera memintaku untuk
menyentuhnya. Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja
dengan kasar. Tante Vera kembali tersenyum dan mengajariku untuk
mengelusnya perlahan-lahan. Putingnya agak sensitif, jadi kita harus
lebih perlahan disana, katanya. Tanganku mulai meraba tubuh Tante Vera
yang putih bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara
dibawah telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang
tertentu. Saya mulai mempelajari tempat-tempat yang disukainya.
Tidak lama kemudian Tante Vera memintaku untuk menciumi tubuhnya.
Ketika saya mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya
terasa mengeras di dalam mulutku. Napasnya semakin menderu-deru, membuat
buah dadanya turun naik bergoyang dengan irama. Lidahku mulai menjilati
seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat dengan air liurku mukanya
tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang merah merekah
digigit seperti sedang menahan sakit. Roknya yang seksi dan ketat mulai
tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan. Pahanya yang putih
seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah di hadapanku. Tante
Vera tidak berhenti mengelus dan memeluki tubuhku yang masih telanjang
dengan kencang.
Tangannya menuntun kepalaku ke bawah kearah perutnya. Semakin ke
bawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya tergulung ke atas.
Saya mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan terlihat sedikit bulu
yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya. Mataku tidak
dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu.Kemudian Tante Vera
berdiri tegak di hadapanku dengan perlahan Tante Vera mulai membuka
kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya terjatuh di lantai.
Tante Vera berdiri di hadapanku seperti seorang putri khayalan dengan
hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan seksi.
Tangannya ditaruh di pingulnya yang putih dan tampak serasi dengan
kedua buah dadanya diperagakannya di hadapanku. Pantatnya yang hanya
sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat menungging ke
belakang. Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah
dan menggiurkan. Saya sangat terpesona memandang wajah dan keindahan
tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah.Tante Vera menerangkan yang
bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan. Sambil merebahkan dirinya di
ranjangku, Tante Vera memintaku untuk menikmati bagiannya yang
terlarang. Saya mulai meraba-raba pahanya yang putih dan celana dalamnya
yang agak lembab dan bernoda.
Pertama-tama tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin,
tetapi melihat Tante Vera sungguh-sungguh menikmati semua perbuatanku
dan matanya juga mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Saya
semakin berani dan lancang merabanya. Kadang-kadang jariku kususupkan ke
dalam celana dalamnya menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya
semakin membasah, noda di bawah celana dalamnya semakin membesar.
Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin
melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalamnya yang sangat
tipis itu.Setelah beberapa lama, Tante Vera dengan merintih memintaku
untuk membuka celana dalamnya.
Pinggulnya diangkat sedikit supaya saya dapat menurunkan celana
dalamnya ke bawah. Tante Vera berbaring di atas ranjang tanpa sehelai
benangpun yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk pertama kali saya dapat
menyaksikan kemaluan seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan
hanya dari majalah. Bulu-bulu di atas kemaluannya itu tampak hitam
lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur, sekitar kemaluannya telah
dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak dari depan. Tante
Vera membuka selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan kewanitaannya
kepadaku tanpa sedikit rasa malu.
Sembari bangkit duduk di tepi ranjang, Tante Vera memintaku untuk
berjongkok diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari
jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua jarinya mengungkap bibir
kemaluannya yang rada tebal dan kehitam-hitaman dan memperagakan
kepadaku lubang vaginanya yang basah dan berwarna merah muda.Dengan nada
yang ramah, Tante Vera menggunakan jari tangannya sendiri dengan halus,
menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawahnya.
Tempat-tempat dan cara-caranya untuk menyenangkan seorang wanita.
Kemudian Tante Vera mulai menggunakan jari tanganku untuk diraba-rabakan
kebagian tubuh bawahnya.
Rasanya sangat hangat, lengket dan basah. Clitorisnya semakin
membesar ketika saya menyentuhnya. Aroma dari vaginanya mulai memenuhi
udara di kamarku, aromanya menyenangkan dan berbau bersih. Dari dalam
lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan lengket berwarna putih dan
kental dan mulai melumuri semua permukaan lubang vaginanya. Mengingat
apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, saya kembali bertanya
“Boleh nggak saya mencicipi air mani Tante?” Tante Vera hanya mengangguk kecil dan tersenyum.
Perlahan saya mulai menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang
vagina Tante Vera yang merah dan lembut. Cairannya mulai mengalir keluar
dengan deras ke selangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu dan
mengikuti aliran cairan itu sampai balik ke asal lubangnya. Rasanya agak
keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang, cairan
Tante Vera sangat bersih dan tidak berbau amis. Begitu pertama saya
mencicipi alat kelamin Tante Vera, saya tahu yang saya dapat
menjilatinya terus-menerus, karena saya sangat menyukai rasanya. Tante
Vera mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh clitorisnya. Saya
tersentak takut karena mungkin saya telah membuatnya sakit.
Tetapi Tante Vera kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau
seseorang mengerang waktu merasa nikmat.Semakin lama, saya semakin
berani untuk menjilati dan menghisapi semua lubang vagina dan
clitorisnya. Pinggulnya diangkat naik tinggi. Tangannya tidak berhenti
memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya semakin menguat. Napasnya
sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting ke kanan dan ke kiri.
Pinggul dan pahanya kadang-kadang mengejang kuat, berputar dengan liar.
Kepalaku terkadang tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya.
Tangannya mulai menjambak rambutku dan menekan kepalaku erat kearah
selangkangannya.
Dari bibirnya yang mungil itu keluar desah dan rintihan memanggil
namaku, seperti irama di telingaku. Keringatnya mulai keluar dari setiap
pori-pori tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang di bawah cahaya
lampu. Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh
bulu mata yang panjang dan lentik. Sembari merintih Tante Vera memintaku
untuk menyodok-nyodokkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan
mempercepat iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang
bergairah itu.Kemudian Tante Vera memintaku untuk berbalik supaya dia
juga dapat menghisap kemaluanku bersamaan.
Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil,
Tante Vera menggosok-gosokkan dan menghimpit kemaluanku yang sudah keras
kembali diantara buah dadanya, dan menghisapinya bergantian. Kemudian
Tante Vera memintaku untuk lebih berkonsentrasi di clitorisnya dan
menyarankanku untuk memasuki jariku ke lubang vaginanya. Dengan penuh
gairah saya pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat
berasa begitu panas dan basah. Otot vaginanya yang terlatih terasa
memijiti jari tanganku perlahan. Bibir dan lubang vaginanya tampak
merekah, berkilat dan semakin memerah.
Clitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah
tidak beberapa lama, Tante Vera memintaku untuk memasukkan satu jariku
ke dalam lubang pantatnya yang ketat. Dengan bersamaan, Tante Vera juga
masukkan satu jarinya pula ke dalam lubang pantatku. Tangannya
dipercepat mengocok kemaluanku. Pahanya mendekap kepalaku dengan keras.
Pinggulnya mengejang keras. Terasa dilidahku urat-urat sekitar dinding
vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Saya menjerit keras
bersama-sama Tante Vera sembari memeluknya dengan erat, kita berdua
keluar hampir bersamaan.
Kali ini Tante Vera menghisap habis semua air maniku dan terus menghisapi kemaluanku sampai kering.
Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas.
Badannya yang berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki
tubuhku dari belakang, tangannya tetap menghangati dan mengenggam
kemaluanku yang mengecil. Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih
tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya
menunjukan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat
lelah. Lalu kita jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup
dari jendela yang terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama.
Waktu berpakaian Tante Vera mencium bibirku dengan lembut dan
berjanji yang nanti malam dia akan mengajari bagaimana caranya bila
kejantananku dimasukkan ke dalam kewanitaannya.Sejak hari itu, selama
satu minggu penuh, setiap malam saya tidur di kamar tamu bersama Tante
Vera dan mendapat pelajaran yang baru setiap malam. Tetapi setelah
kejadian itu, kita tidak pernah mendapat kesempatan kembali untuk
melanjutkan hubungan kami. Hanya ada peristiwa sekali, waktu orangtuaku
mengadakan pesta di rumah, Tante Vera datang bersama suaminya.
Di dapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat, Tante Vera mencium
pipiku sembari meraba kemaluanku, tersenyum dan berbisik “Jangan lupa
dengan rahasia kita berdua.”Dua bulan kemudian Tante Vera pindah ke kota
lain bersama suaminya. Sampai hari ini saya tidak akan dapat melupakan
satu minggu yang terbaik itu di dalam sejarah hidupku. Dan saya merasa
sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang dapat mengajariku
bersetubuh dengan cara yang sangat sabar, sangat profesional dan semanis
Tante Vera. Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Tante Girang, Cerita Seks Teman
Sekantor, Cerita seks dewasaCerita Dewasa Terhits, Cerita Mesum, Cerita Bokep,
Cerita Porn, Cerita Seks Dewasa, Foto Sex secara gratis dan selalu update || Tante Ga kuat Nahan Sange
Tidak ada komentar:
Posting Komentar