Cerita Sex Nafsu Ayam Kampus
tersyuur adalah Blog yang menampilkan Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Tante Girang, Cerita Seks Teman
Sekantor, Cerita seks dewasaCerita Dewasa Terhits, Cerita Mesum, Cerita Bokep,
Cerita Porn, Cerita Seks Dewasa, Foto Sex secara gratis dan selalu update || Ganasnya Nafsu Ayam Kampus
Nama saya Reva (samaran) ,
dan saya adalah mahasiswa semester 5 di salah satu universitas swasta
ternama di bilangan Jakarta Pusat , dan apa yang akan saya ceritakan
disini adalah kisah yang terjadi sekitar beberapa tahun yang lalu.
Hari Rabu adalah hari yang paling melelahkan bagiku ketika semester
lima, bagaimana tidak, hari itu aku ada tiga mata kuliah, dua yang
pertama mulai jam 9 sampai jam tiga dan yang terakhir mulai jam lima
sampai jam 7 malam, belum lagi kalau ada tugas bisa lebih lama deh.
Ketika itu aku baru menyerahkan tugas diskusi kelompok sekitar jam 7
lebih. Waktu aku dan teman sekelompokku, si Dimas selesai, di kelas
masih tersisa enam orang dan Pak Didi , sang dosen.
![]() |
| Ganasnya Nafsu Ayam Kampus |
“Bareng yuk jalannya, parkir dimana Reva ?” ajak Dimas “Jauh nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi”
Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan kampus.
Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak jauh dari jalan
keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia ingin memperlihatkan naluri
prianya dengan menemaniku ke tempat parkir yang kurang penerangan itu.
Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand
denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan
selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya
kampus.
Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu.
Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun
membuka pintu mobil dan berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu,
tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut
masuk ke mobilku.
“Eeii… mau ngapain kamu ?” tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba mendekapku.
“Ayo dong Reva, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan badan
nih, saya kangen sama memek kamu nih” katanya sambil menangkap tanganku.
“Ihh… nggak mau ah, saya capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila !” tolakku sambil berusaha lepas.
Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil
dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya. “Dimas…
jangan… nggak mmhhh!” dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.
Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam
ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH-
ku. Nafsuku terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah.
Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku
memaksaku membuka mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan
menyapu telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain
dengan lidahnya.
Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan cup BH ku dan mulai
memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat kembali ketika aku ML
dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima perlakuannya,
tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh
gairah. Kira-kira setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia
melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi
tubuhku memanjang ke jok sebelah.
Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5 cm diatas
lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaku
yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.
“Kamu tambah nafsuin aja Reva, saya sudah tegangan tinggi nih” katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.
Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari
luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku
membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran
celana dalamku dan bergerak seperti ular di permukaannya yang berbulu.
Mataku terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh
klistorisku.
Kemudian gigitan pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya
menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan
semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin mendekatkan wajahnya
ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.
Dan… oohh… rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir
memekku, tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke
samping sementara tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah
terbuka.
Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan
menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini
pasti terlihat oleh orang di luar sana. Namun nafsu membuat kami
terlambat menyadari semuanya. Di tengah gelombang birahi ini, tiba- tiba
kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta gedoran pada jendela di
belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan
melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu juga
Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku.
Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil.
Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian
takutnya kalau mereka mengejar dan memanggil yang lain akan semakin
terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih turun membicarakan masalah
ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali
pakaianku.
Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan
harus dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi
sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian
yang agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah
apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku.
Temannya yang tinggi dan berumur 40-an itu lalu berkata, Cerita Sex
“Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut ?”
Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari
selangkangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga,
walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan
sejumlah uang dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi
yang mulai memanas itu akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah
terkepal kencang.
“Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar saya saja yang beresin” kataku
“Ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini !”
Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau
menyerah juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya
untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan
orang-orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita
kamipun digiring mereka ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap,
di ujung koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet
pria. Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala, cukup bersih
juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya pikirku.
“Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek kamu !” perintah yang tinggi itu pada Dimas.
Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi
tubuhku dalam pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan
jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan
pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok.
Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong
dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya
Johan , dan temannya yang berkumis itu bernama Romli . Pak Johan
mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.
“Hehehe… cantik, mulus… wah beruntung banget kita malam ini !” katanya
“Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?” tanya Pak Romli sambil
menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya,
otomatis bulu-buluku merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.
“Reva” jawabku dengan agak bergetar.
“Wah Reva yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah” Pak Johan menimpali dan disambut gelak tawa mereka.
“Non Reva coba sun saya dong, boleh kan ?” pinta Pak Romli memajukan wajahnya
Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu.
“Ahh…non Reva ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja
sih, gini dong harusnya” Kata Pak Johan seraya menarik wajahku dan
melumat bibirku.
Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku
ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar.
Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara
birahi yang sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat
daripada sebelumnya.
Aku makin berani dan memeluk Pak Johan, rambutnya kuremas sehingga
topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan
yang kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, disana Pak
Romli mulai menyingkap rokku dan merabai pahaku.
Pak Johan melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya,
dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang
masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung diturunkan.
“Wow teteknya montok banget non, putih lagi” komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.
Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia
melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku
makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Johan
sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut
dibandingkan Pak Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar,
dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering
merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara kasar dan lembut
ini justru menimbulkan sensasi yang khas.
Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit
pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli
menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku sehingga celana dalamku
kelihatan menggembung. Tangan Pak Johan yang lainnya mengelusi belakang
pahaku hingga pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata
dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda.
Aku merasakan memekku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari
jari Pak Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika
dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini
membuat mereka semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan
menuntunnya ke kontolnya yang entah kapan dia keluarkan.
“Waw…keras banget, mana diamaternya lebar lagi” kataku dalam hati “bisa mati orgasme nih saya”
Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak saja.
Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya
basah oleh cairan memekku yang langsung dijilatinya seperti menjilat
madu. Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan
pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk
menyangga tubuhku.
“Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih
mulus ini” celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang
sekal.
Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku,
disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam.
Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku
masih menggantung di kaki kanan.
“Pak masukin sekarang dong” pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang besar itu menjejali memekku.
“Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama memek non, wangi
sih !” kata Pak Romli yang sedang menjilati memekku yang terawat baik.
ak Usep mendorong kontolnya pada memekku, walaupun sudah becek oleh
lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena kontolnya yang
tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih
kesakitan merasakan kontol itu melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa
memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan kontolnya
dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi.
Pak Johan sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok
diantara tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang
tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak
Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya
menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitnya yang putih.
Genjotannya semakin mambawaku ke puncak birahi hingga akupun tak dapat
menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.
Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, kontolnya yang terasa
makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada memekku yang
sudah licin oleh cairan orgasme.
“Ooohh… oohh… di dalam yah non… sudah mau nih” bujuknya dengan terus
mendesah “Ahh… iyahh… di dalam aja… ahh” jawabku terengah-engah di
tengah sisa-sisa orgasme panjang barusan.
Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan
kontol menancap hingga pangkalnya pada memekku, tangannya meremas
erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi
rahimku, dia baru melepaskannya setelah semprotannya selesai. Tubuhku
mungkin sudah ambruk kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun
kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai.
Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada
tembok dan merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang
berkeringat dan menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-
berai, kedua pahaku mengangkang dan memekku belepotan cairan putih
seperti susu kental manis.
“Hehehe…liat nih, air sperma saya ada di dalam memek wanita kamu”
kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir memekku dengan
jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka
kira pacarku.
Opps…omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena
terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia
menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok kontolnya
sendiri. Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh
menikmati, dasar buaya sih, begitu pikirku.
Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan
membersihkan kontolnya, Pak Johan yang sudah membuka celananya juga
berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok kontolnya.
Hhmmm…nikmat sekali rasanya menjilati kontolnya yang berlumuran
cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku
ke seluruh permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga
kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Johan dengan
tanganku. Aku melirik ke atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat
waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku.
“Hei, sudah dong saya juga mau disepongin sama si non ini” potong Pak
Johan ketika aku masih asyik memain-mainkan kontol Pak Romli.
Pak Johan meraih kepalaku dan dibawanya ke kontolnya yang langsung
dijejali ke mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku
suka dengan bentuknya lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas
dimulutku yang mungil karena tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja
tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang.
Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya
hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan
kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba- tiba
Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang
orgasme swalayan, spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia
sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku.
Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Johan mengangkat tubuhku
hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki
kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan
kontolnya melesak ke dalamku, maka mulailah dia mengaduk-aduk memekku
dalam posisi berdiri.
Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada memekku, yang paling
kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami berlawanan arah,
sehingga kontolnya menghujam memekku lebih dalam, apalagi kalau dengan
tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh… seperti terbang ke surga tingkat
tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit
sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong,
kalau tidak bisa berabe nih.
Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku,
tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang
orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak,
akupun kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang
melumat bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan- erangan
tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku
melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil merokok dan mengobrol
dengan Dimas.
Pak Johan demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku
orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat
tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku
tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu.
Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat tubuhku makin
tertekan ke tembok.
Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku
selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang stabil
dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia
menghentikan genjotannya, dengan kontol tetap menancap di memekku, dia
bawa tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia
turunkan aku, lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.
“Huh…capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong” perintahnya
Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku
dapat lebih mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa
disuruh lagi aku menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih kontol yang
sudah licin itu dan kutuntun memasuki memekku.
Setelah menduduki kontolnya, aku terlebih dahulu melepaskan baju dan
bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah
panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku
yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di
kakiku.
Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik- turun,
sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Johan mengerang
karena kontolnya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku
dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku
dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan
langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga
mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia
menarik tanganku dan menggenggamkannya pada batang kontolnya.
“Mmpphh… mmmhh !” desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu. Toilet
yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas
dan pengap.
“Ayo dong Reva… emut, sepongan kamu kan mantep banget”
Dimas menyodorkan kontolnya kemulutku yang langsung kusambut dengan
kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu,
lidahku terus menjelajah ke kepala kontolnya dimana masih tersisa
sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yang
tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Dimas blingsatan
sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang
di pangkuan Pak Johan dan mengocok kontolnya Pak Romli, sibuk sekali aku
dibuatnya.
Sesaat kemudian kontolnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu
dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga
dugaanku, ternyata dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang
dengan posisi berlutut aku memainkan lidahku pada kontolnya, dia mulai
merem-melek dan menggumam tak jelas.
Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku
merangkak, aku tidak tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Johan
sehingga tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan kontolnya
ke memekku dan mulai menggoyangnya perlahan.
Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang
ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika
sedang enak-enaknya menikmati genjotan Dimas kontol di mulutku mulai
bergetar
“Aahhkk… saya mau keluar… non”
Pak Johan kelabakan sambil menjambaki rambutku dan creett…creett,
beberapa kali semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian
masuk ke tenggorokan, sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena
banyaknya sehingga aku tak sanggup menampungnya lagi.
Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah
tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan
menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak
Johan, aku bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin
mengganas.
Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas sangat
pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sehingga aku dibuatnya
melayang-layang. Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa
sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan sebentar agar bisa
keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan
memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun
kucurahkan juga.
Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku. Memekku
serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang
tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.
Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh,
untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di
sana. Memekku rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan
3 macam kontol lagi. Lututku juga terasa pegal karena dari tadi
bertumpu di lantai.
Setelah merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas.
Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu
kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan rambutku yang sudah kusut.
Aku memunguti pakaianku yang berserakan dan memakainya kembali. Kami
bersiap meninggalkan tempat itu.
“Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau ketangkap
kan harus bagi-bagi” begitu kata Pak Johan sebagai salam perpisahan
disertai tepukan pada pantatku.
“Reva… Reva… sori dong, kamu marah ya !” kata Dimas yang mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.
Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika
menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah
membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah
kecupan di pipinya seraya berkata
“Saya nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila yah, see you, good night”
Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya. Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Tante Girang, Cerita Seks Teman
Sekantor, Cerita seks dewasaCerita Dewasa Terhits, Cerita Mesum, Cerita Bokep,
Cerita Porn, Cerita Seks Dewasa, Foto Sex secara gratis dan selalu update || Ganasnya Nafsu Ayam Kampus

Tidak ada komentar:
Posting Komentar