CERITA SEX Memanjakan Diri Dulu Sebelum ML Biar Wangi
tersyuur adalah Blog yang menampilkan Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Tante Girang, Cerita Seks Teman
Sekantor, Cerita seks dewasaCerita Dewasa Terhits, Cerita Mesum, Cerita Bokep,
Cerita Porn, Cerita Seks Dewasa, Foto Sex secara gratis dan selalu update || Memanjakan Diri Dulu Sebelum ML Biar Wangi
Di salon ini dimulai dari sebuah obrolan kecil saat aku men-creambath
seorang cowok ganteng. Selain cowok itu ganteng, dia juga punya kontol
perkasa dan super gede. Aku tahu kalo gambar kontol cowok gede itu
setelah aku secara tidak sengaja saat mencreambath menyenggol-nyenggol
si adek kecil itu. Setelah ngomong panjang lebar dengan si cowok ganteng
tersebut akhirnya terjadilah sebuah pergulatan seks yang sangat seru
diantara kami. Mungkin kalau aku mau inget-inget, aku pasti horni dan
pengen masturbasi sendiri. Karena emang ga aku sangkal kalo birahi seks
ku sebagai wanita emang besar. Dah lah ga usah panjang lebar aku
jelasinnya, hahahahaha………pengen onani dan crot didalam celana
atau diluar celana terserah kamu deh. selamat menikmati.
aku kerja di sebuah salon. Salon itu
terletak di satu komplex perkantoran. Dikomplex itu ada sebuah
supermarket besar 3 lantai dimana lantai teratas dipake untuk food
court. Salon dimana aku bekerja terletak di satu sisi dengan satu resto
yang terletak didepan pintu keluar komplex. Kerjaanku di salon ya cuci
rambut dan krimbat. aku masi junior di salon itu sehingga mendapatkan
tugas yang ringan2 saja. Satu hari aku mendapatkan customer, seorang
lelaki 30an, ganteng banget deh orangnya, suka aku ngeliatnya. Kebetulan
dia mo potong rambut dan setelah itu krimbat. Aku mendapat tugas
mencuci rambutnya, kemudian stylist memotong rambutnya. Selesai potong
rambut aku yang handle krimbatnya. Kebetulan meja yang aku pake untuk
krimbat agak terpisah dengan yang laen karena salon ketika itu rame.
Memang itu meja tambahan yang baru dipake kalo salon rame, karena
tambahan maka letaknya agak terpisah dari deretan meja laennya. Selama
aku ngerjain krimbat, dia ngajakin ngobrol. “Namanya sapa”. “Ines pak”.
“Kok pak sih manggilnya, jadi ngrasa dah tua”. “abis Ines mesti manggil
apa? Bang aja deh ya”. Dari Logatnya kayanya dia orang dari tapian na
uli. “Kamu yang paling muda ya disini”. “Iya bang, masi junior”. “Tapi
asik kok krimbat nya”. “Makasi bang”. “Kamu paling cantik deh Nes, mana
seksi lagi”. “Ah biasa ja bang, abang terlalu muji Ines neh, jadi
malu”. “Kamu pulangnya jam brapa Nes”. “Kalo salon tutup bang”. “Iya
jam brapa”. “Napa sih bang nanya2, mo anterin Ines pulang”. “Mau?” Aku
hanya tersenyum. “Jam 6an bang salonnya tutup”. Selesai krimbat, aku
dapet tip yang lumayan besar, belon pernah aku dapet tip sebesar itu.
“Makasi banyak bang, eh abang namanya sapa ya”‘ “Frans”, jawabnya
sambil meninggalkan salon. Karena banyak kerjaan hari itu, aku lupa
akan obrolanku dengan bang Frans.
![]() |
| Memanjakan Diri Dulu Sebelum ML Biar Wangi |
Pulangnya,
ketika melalui resto dideretan paling ujung dari sisi dimana salon
berada, tiba2 aku mendengar dinding kaca restonya diketuk2. Aku
menoleh, kulihat bang Frans senyum sambil manggil aku dengan ayunan
tangannya. aku masuk ke resto itu dan duduk diseblahnya. “Nes, mo makan
apa neh”. “wah abang beneran neh mo nganterin Ines pulang?’ “Makan dul
lah”. Aku pesen ja makanan yang aku rasa enak, harga gak kulihat lagi,
pasti dibayarin si abang. Sambil makan si abang senyum ngeliatin aku
terus. “Betul kan, kamu tu cantik lo Nes”. “abang neh, gak brentinya
muji Ines, cuma pake baju kumel gini ja dibilang cantik”. “Ya udah,
abis makan aku beliin kamu pakean ya”. “Bener bang?” Dia menggangguk.
Pesenanku dateng dan aku mulai menyantap makanan dengan lahap, enak
banget rasanya, palagi dibayarin. Kalo bayar ndiri mah mikin sejuta
kali makan disitu karena harga makanannya mahal2. Habis makan, aku
diajaknya ke mal yang letaknya gak jauh dari komplex perkantoran. Aku
membiarkan tanganku digandeng si abang. Bangga lagi jalan ma lelaki
ganteng kaya si abang, mana digandeng2 lagi. Kita masuk ke dept store
yang ada di mal. “Nes kamu pilih deh mo beli pakean apa”. “Beneran nih
mo beliin Ines pakean, abang baek banget sih”. Aku menduga pasti ada
bakwan dibalik udang, tapi egp ja lah, yang penting kan diblanjain,
lagian si abang ganteng banget. Gak rugi deh dientot ma dianya. Aku
beli jins, tanktop, trus aku nanya, “Daleman bole beli bang”. “Bole
bangetz, beli yang seksi2 Nes”. Aku beli g string dan bra yang tipis,
kalo ampe dia ngajakin maen, aku mo pake tu lingerie.
Selesai
blanja, aku digandengnya menuju basement, parkiran. “Kamu mesti pulang
cepet Nes”. “Mangnya abang mo ajak Ines kemana, Ines kos kok bang, gak
da yang nungguin”. “Ketempatku yuk”. “Mo ngapain bang”. “Kita ngobrol
santai ja, kamu besok kerja gak”. “Besok giliran aku off bang”. Aku
masuk ke mobilnya. Dalam perjalanan pulang, kami ngobrol ngalor ngidul.
aku open aja kedianya. Aku crita petualangan sexku dengan lelakiyang
sudah bukan abg lagi. Aku bilang sudah sebulan ini aku gak kencan ama
lelaki. “Wah, kalo gitu kamu dah napsu banget dong Nes. Aku kan sudah
gak termasuk abg, jadi boleh dong ikut dalam petualangan Ines”. “Bisa
diatur kok bang”. Selama perjalanan, dia mengelus pahaku dari luar
jeans ketatku tentunya. “Ih, si abang, dah napsu sama Ines ya”. “Kalo
napsu sih dari tadi Nes”. “Kalo dah napsu artinya dah ngaceng ya bang”,
kataku sambil mengelus selangkangannya. “Ih, kayanya besar ya bang,
keras lagi”, aku mulai meremas selangkangannya. “Ines mo liat duluan,
buka aja ritsluitingnya”. Aku segera menurunkan ritsluiting celananya
dan tanganku masuk ke dalam cdnya merogoh kontolnya. “Ih besar banget
bang, panjang lagi. Ines belum pernah ngerasain yang sebesar dan
sepanjang ini”, kataku sambil mengeluarkan kontolnya. Segera
kukocok2nya batangnya. Lalu aku menunduk dan mengemut kepala kontolnya.
“Nes, diisep sampe aku ngecret dong”. “Tempatnya sempit bang, Ines
kocok aja yach. non0k Ines jadi basah bang, dah kepingin kemasukan
kont0l gede abang”, aku mulai mengocok kontolnya keatas dan kebawah.
Dia jadi melenguh kenikmatan. “Masih jauh bang, tempatnya”. “Enggak kok
Nes, sebentar lagi sampe”, katanya sambil mempercepat lajunya
kendaraan. Tak lama kemudian, sampailah kami di satu rumah. Dia belum
ngecret dan aku menyudahi seponganku. “Bang besar banget rumahnya kaya
kont0l abang aja besar, punya abang ya”. “Bukan Nes, punya kantor. Ini
mes kantor, buat tamu yang perlu nginep. Sekarang lagi kosong, jadi
kita pake aja yach”. Kami menuju ke bagian belakang rumah, ada kolam
renang disana. Tempatnya teduh karena banyak pepohonan dan tertutup
tembok tinggi sehingga gak mungkin ada yang bisa ngintip.
Aku
duduk didipan dipinggir kolam renang, dia duduk disebelahku. Dia
memelukku. Dia mencium pipiku sambil jemarinya membelai-belai bagian
belakang telingaku. Mataku terpejam menikmati usapan tangannya.
Kupandangi wajahnya yang ganteng dengan hidungnya yangmancung. Tak
tahan berlama-lama menunggu akhirnya dia mencium bibirku. Dilumatnya
mesra. aku menjulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima
lidahku. Lama dia mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya
begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami
berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk
menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Dia membelai
pangkal lenganku yang terbuka. Dibukanya telapak tangannya sehingga
jempolnya bisa menggapai permukaan dadaku sambil membelai pangkal
lenganku. Bibirnya kini turun menyapu leherku seiring telapak tangannya
meraup toketku. Aku menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik
mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutku di saat
lidahnya menjulur menikmati leherku yang jenjang, “baaang….”. Aku
memegang tangannya yang sedang meremas toketku dengan penuh napsu.
Bukan untuk mencegah, aku membiarkan tangannya mengelus dan meremas
toketku yang montok. “Nes, aku ingin melihat toketmu”, ujarnya sambil mengusap bagian puncak toketku yang menonjol. Dia menatapku. Aku akhirnya membuka tank top ketatku di depannya. Dia terkagum-kagum menatap toketkua yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketku begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasku yang memburu. Sambil berbaring aku membuka pengait BH-nya di punggungku. Punggungku melengkung indah. Dia menahan tanganku ketika aku akan menurunkan tali BH-ku dari atas pundakku. Justru dengan keadaan
BH-ku yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketku semakin menantang. “Toketmu bagus, Nes”, dia mencoba mengungkapkan keindahan tubuhku. Perlahan dia menarik turun cup BH-ku. Mataku terpejam. Perhatiannya terfokus ke pentilku yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Diusapnya pentilku lalu dipilin dengan jemarinya. Aku mendesah. Mulutnya turun ingin mencicipi toketku. “Egkhh..” rintihku ketika mulutnya melumat pentilku. Dipermainkannya dengan lidah dan giginya. Sekali-sekali digigitnya pentilku lalu diisap kuat-kuat sehingga membuat aku menarik rambutnya. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, dia mencium toketku yang satunya. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulutku. Sambil menciumi toketku, tangannya turun membelai perutku yang datar, berhenti sejenak di pusarku lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perutku. Dibelainya pahaku sebelah dalam terlebih dahulu sebelum dia memutuskan untuk meraba nonokku yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang kukenakan.
toketku yang montok. “Nes, aku ingin melihat toketmu”, ujarnya sambil mengusap bagian puncak toketku yang menonjol. Dia menatapku. Aku akhirnya membuka tank top ketatku di depannya. Dia terkagum-kagum menatap toketkua yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketku begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasku yang memburu. Sambil berbaring aku membuka pengait BH-nya di punggungku. Punggungku melengkung indah. Dia menahan tanganku ketika aku akan menurunkan tali BH-ku dari atas pundakku. Justru dengan keadaan
BH-ku yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketku semakin menantang. “Toketmu bagus, Nes”, dia mencoba mengungkapkan keindahan tubuhku. Perlahan dia menarik turun cup BH-ku. Mataku terpejam. Perhatiannya terfokus ke pentilku yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Diusapnya pentilku lalu dipilin dengan jemarinya. Aku mendesah. Mulutnya turun ingin mencicipi toketku. “Egkhh..” rintihku ketika mulutnya melumat pentilku. Dipermainkannya dengan lidah dan giginya. Sekali-sekali digigitnya pentilku lalu diisap kuat-kuat sehingga membuat aku menarik rambutnya. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, dia mencium toketku yang satunya. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulutku. Sambil menciumi toketku, tangannya turun membelai perutku yang datar, berhenti sejenak di pusarku lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perutku. Dibelainya pahaku sebelah dalam terlebih dahulu sebelum dia memutuskan untuk meraba nonokku yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang kukenakan.
Dia
secara tiba-tiba menghentikan kegiatannya lalu berdiri di samping
dipan. Aku tertegun sejenak memandangnya. Dia masih berdiri sambil
memandang tubuhku yang tergolek di dipan, menantang. Kulitku yang tidak
terlalu putih membuat matanya tak jemu memandang. Perutku begitu
datar. Celana jeans ketat yang kupakai terlihat terlalu longgar pada
pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan
lekukan pantatku yang sempurna. Puas memandang tubuhku, dia lalu
membaringkan tubuhnya disampingku. Dirapikannya untaian rambut yang
menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leherku. Dibelainya
lagi toketku. Dia mencium bibirku sambil memasukkan air liurnya ke
dalam mulutku. aku menelannya. Tangannya turun ke bagian perut lalu
membuka kancing celana jinsku dan menurunkan ritsluitingnya, kemudian
menerobos masuk. Jemarinya mengusap dan membelai selangkanganku yang
masih tertutup CDku. jari tengahnya membelai permukaan CDku tepat
diatas nonokku, basah. Dia terus mempermainkan jari tengahnya untuk
menggelitik bagian yang paling pribadi tubuhku. Pinggulku perlahan
bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir
ketegangan yang kualami. Dia menyuruhku untuk melepas celana jeans yang
kupakai. Aku menurunkan celana jinsku perlahan. CD hitam yang
kukenakan begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh disekitar
nonokku hampir sebagian keluar dari pinggir CDku. Dia membantu menarik
turun celana jeansku. Aku menaikkan pinggulku ketika dia agak kesusahan
menarik celana jeansku. Diapun melepas pakean. Posisi kami kini
sama-sama tinggal mengenakan CD. Kami berpelukan. Aku menyentuh
kontolnya dari luar CDnya, lalu kuplorotkan CDnya. Langsung kontolnya
yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk kubelai dan kugenggam.
“Tangan kamu pintar juga ya, Nes,”´ ujarnya sambil memandang tanganku
yang mengocok kontolnya. “Ya, mesti dong!” jawabku sambil cekikikan.
Jari-jarinya masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit nonokku
yang sudah basah. Telunjuknya membelai-belai itilku sehingga aku
keenakan. “Diisep lagi Nes. Kan sekarang lebih leluasa” katanya. Aku
tertawa sambil mencubit kontolnya. Dia meringis. “”Nggak muat di mulut
Ines, tadi dimobil kan cuma kepalanya yang masuk. Itu juga udah ampir
gak muat. gede banget sih kontolnya” selesai berkata demikian aku
langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah, gimana, muat gak?”
tanyanya lagi sambil menusukkan jari tengahnya ke dalam nonokku. aku
merintih sambil memegang tangannya. Jarinya sudah tenggelam ke dalam
liang nonokku. Aku merasakan nonokku berdenyut menjepit jarinya. Segera
CDku dilepaskannya. Perlahan tangannya menangkap toketku dan
meremasnya kuat. Aku yang sekarang meringis.
Kuusap
lembut kontolnya yang sudah keras banget. Aku begitu kreatif mengocok
kontolnya sehingga dia merasa keenakan. Dia tidak hanya tinggal
diam, tangannya membelai-belai toketku yang montok. Dipermainkannya pentilku dengan jemarinya, sementara tangannya yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar nonokku. Dirabanya permukaan nonokku. Jari tengahnya mempermainkan itilku yang sudah mengeras. kontolnya kini sudah siap tempur dalam genggamanku, sementara nonokku juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental karena diobok-obok . Dia memeluk tubuhku sehingga kontolnya menyentuh pusarku. Dia membelai punggungku lalu turun meraba pantatku yang montok. Aku membalas pelukannya dengan melingkarkan tanganku di pundaknya. Dia meraih pantatku, diremasnya dengan sedikit agak kasar lalu dia menaiki tubuhku. Kakiku dengan sendirinya mengangkang. Dia menciumi lagi leherku yang jenjang lalu turun melumat toketku. Dia terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuhku.
diam, tangannya membelai-belai toketku yang montok. Dipermainkannya pentilku dengan jemarinya, sementara tangannya yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar nonokku. Dirabanya permukaan nonokku. Jari tengahnya mempermainkan itilku yang sudah mengeras. kontolnya kini sudah siap tempur dalam genggamanku, sementara nonokku juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental karena diobok-obok . Dia memeluk tubuhku sehingga kontolnya menyentuh pusarku. Dia membelai punggungku lalu turun meraba pantatku yang montok. Aku membalas pelukannya dengan melingkarkan tanganku di pundaknya. Dia meraih pantatku, diremasnya dengan sedikit agak kasar lalu dia menaiki tubuhku. Kakiku dengan sendirinya mengangkang. Dia menciumi lagi leherku yang jenjang lalu turun melumat toketku. Dia terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuhku.
Dia
melebarkan kedua pahaku sambil mengarahkan kontolnya ke bibir nonokku.
Aku mengerang lirih. Mataku perlahan terpejam. Aku menggigit bibir
bawahku untuk menahan laju birahiku yang semakin kuat. Dia menatapku,
matanya penuh nafsu. “Aku ingin mengent0ti kamu, Nes” bisiknya pelan,
sementara kepala kontolnya masih menempel di belahan nonokku. Kata ini
ternyata membuat wajahku memerah. Aku menatapnya sendu lalu mengangguk
pelan sebelum memejamkan mataku. Dia berkonsentrasi penuh dengan
menuntun kontolnya yang perlahan menyusup ke dalam nonokku. Terasa
seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kontolnya
membelah nonokku yang ternyata begitu kencang menjepit kontolnya.
nonokku begitu licin hingga agak memudahkan kontolnya untuk menyusup
lebih ke dalam. Aku memeluk erat tubuhnya sambil membenamkan
kuku-kukuku di punggungnya hingga dia agak kesakitan. Namun aku tak
peduli. “Baang, gede banget, ohh..” aku menjerit lirih. Tanganku turun
menangkap kont0lku. “Pelan bang”. Akhirnya kontolnya terbenam juga di
dalam nonokku. Dia berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan
yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding nonokku. Denyutan itu
begitu kuat sampai-sampai dia memejamkan mata untuk merasakan
kenikmatan yang begitu sempurna. Dia melumat bibirku sambil
perlahan-lahan menarik kontolnya untuk selanjutnya dibenamkan lagi. Dia
menyuruhku membuka kelopak mataku. Aku menurut. Dia sangat senang
melihat mataku yang semakin sayu menikmati kontolnya yang keluar masuk
nonokku. “Aku suka non0kmu, Nes..non0kmu masih rapet” ujarnya sambil
merintih keenakan.
“Kamu enak kan, Nes?” tanyanya, lalu kujawab dengan anggukan kecil. Dia
menyuruhku untuk menggoyangkan pinggulku. Aku langsung mengimbangi
gerakannya yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangku. “Suka kont0lku, Nes?” tanyanya lagi. Aku hanya tersenyum sambil meremas2 kontolnya dengan jepitan nonokku. “Ohh.. hh..” dia menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Dia mencoba mengangkat dadanya, membuat jarak dengan dadaku dengan bertumpu pada kedua tangannya. Dengan demikian dia semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kontolnya ke dalam nonokku. Kuperhatikan kontolnya yang keluar masuk dalam nonokku. Aku semakin melebarkan kedua pahaku sementara tanganku melingkar erat dipinggangnya. Gerakan naik turunnya semakin cepat mengimbangi goyangan pinggulku yang semakin tidak terkendali. “Nes.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapnya keenakan. “Ines juga, bang”, jawabku. Aku merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali aku mengeluarkan kata, “aduh” yang kuucapkan terputus-putus. Aku merasakan nonokku semakin berdenyut sebagai pertanda aku akan mencapai puncak pendakianku. Dia juga merasakan hal yang sama denganku, namun dia mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang dialaminya. Sepertinya dia tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Dia mempercepat goyangan kontolnya ketika dia menyadari aku hampir nyampe. Diremasnya toketku kuat seraya mulutnya menghisap dan menggigit pentilku. Dihisapnya dalam-dalam. “Ohh.. hh.. baaaang..” jeritku panjang. Dia membenamkan kontolnya kuat-kuat ke nonokku sampai
mentok agar aku mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhku melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhku kejang. Kepalanya kutarik kuat terbenam diantara toketku. Pada saat tubuhku menyentak-nyentak dia tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi. “Nes, aakuu.. keluaarr, Ohh..hh..” jeritnya. Aku yang masih merasakan orgasmeku mengunci pinggangnya dengan kakiku yang melingkar di pinggangnya. Saat itu juga dia memuntahkan peju hangat dan kentel dari kontolnya. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan aku menarik pantatnya kuat ke tubuhku. Mulutnya yang berada di belahan dadaku menghisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitku. Dia mencengkram toketku. Diraupnya semuanya sampai-sampai aku kesakitan. Dia tak peduli lagi. Dia
juga merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggulku pada saat dia mengalami orgasme. Tubuhnya akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuhku. kontolnya masih berada di dalam nonok ku. aku mengusap-usap permukaan punggungnya. “Ines puas sekali dientot abang”, kataku. Dia kemudian mencabut kontolnya dari nonokku.
menyuruhku untuk menggoyangkan pinggulku. Aku langsung mengimbangi
gerakannya yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangku. “Suka kont0lku, Nes?” tanyanya lagi. Aku hanya tersenyum sambil meremas2 kontolnya dengan jepitan nonokku. “Ohh.. hh..” dia menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Dia mencoba mengangkat dadanya, membuat jarak dengan dadaku dengan bertumpu pada kedua tangannya. Dengan demikian dia semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kontolnya ke dalam nonokku. Kuperhatikan kontolnya yang keluar masuk dalam nonokku. Aku semakin melebarkan kedua pahaku sementara tanganku melingkar erat dipinggangnya. Gerakan naik turunnya semakin cepat mengimbangi goyangan pinggulku yang semakin tidak terkendali. “Nes.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapnya keenakan. “Ines juga, bang”, jawabku. Aku merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali aku mengeluarkan kata, “aduh” yang kuucapkan terputus-putus. Aku merasakan nonokku semakin berdenyut sebagai pertanda aku akan mencapai puncak pendakianku. Dia juga merasakan hal yang sama denganku, namun dia mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang dialaminya. Sepertinya dia tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Dia mempercepat goyangan kontolnya ketika dia menyadari aku hampir nyampe. Diremasnya toketku kuat seraya mulutnya menghisap dan menggigit pentilku. Dihisapnya dalam-dalam. “Ohh.. hh.. baaaang..” jeritku panjang. Dia membenamkan kontolnya kuat-kuat ke nonokku sampai
mentok agar aku mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhku melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhku kejang. Kepalanya kutarik kuat terbenam diantara toketku. Pada saat tubuhku menyentak-nyentak dia tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi. “Nes, aakuu.. keluaarr, Ohh..hh..” jeritnya. Aku yang masih merasakan orgasmeku mengunci pinggangnya dengan kakiku yang melingkar di pinggangnya. Saat itu juga dia memuntahkan peju hangat dan kentel dari kontolnya. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan aku menarik pantatnya kuat ke tubuhku. Mulutnya yang berada di belahan dadaku menghisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitku. Dia mencengkram toketku. Diraupnya semuanya sampai-sampai aku kesakitan. Dia tak peduli lagi. Dia
juga merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggulku pada saat dia mengalami orgasme. Tubuhnya akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuhku. kontolnya masih berada di dalam nonok ku. aku mengusap-usap permukaan punggungnya. “Ines puas sekali dientot abang”, kataku. Dia kemudian mencabut kontolnya dari nonokku.
Aku
masuk kembali ke rumah, langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan
shower . Aku membersihkan badanku yang basah karena keringat habis
digeluti bang Frans tadi. Setelah aku selesai, ganti dia yang masuk ke
kamar mandi membersihkan tubuhnya. Ketika dia keluar dari kamar mandi,
aku berbaring diranjang telanjang bulat. “Nes, kamu kok mau aku ajak
ngent0t”, katanya. “Kan Ines dah lama gak ngerasain nikmatnya kont0l
bang, mana kont0l abang besar lagi”, jawabku tersenyum. “Malem ini kita
men lagi ya bang”. “Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya,
biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, katanya sambil berpakaian.
Aku pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem.
Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan
santai2 di pub dulu.
Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang.
Aku menggenggam kontolnya. Dia melenguh seraya menyebut namaku. Dia
meringis menahan remasan lembut tanganku pada kontolnya. Tanganku mulai bergerak turun naik menyusuri kontolnya yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap kepala kontolnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari lubang diujungnya. Kembali dia melenguh merasakan ngilu nikmat akibat usapanku. Kocokanku semakin cepat. Dengan lembut dia mulai meremas-remas toketku. Aku menggenggam kontolnya dengan erat. Pentilku dipilin2nya. Aku masukan kontolnya kedalam mulutku dan mengulumnya. Dia terus menggerayangi toketku, dan mulai menciumi toketku. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kulumanku pada kontolnya semakin mengganas sampai-sampai dia terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku. Dia membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.
Aku menggenggam kontolnya. Dia melenguh seraya menyebut namaku. Dia
meringis menahan remasan lembut tanganku pada kontolnya. Tanganku mulai bergerak turun naik menyusuri kontolnya yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap kepala kontolnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari lubang diujungnya. Kembali dia melenguh merasakan ngilu nikmat akibat usapanku. Kocokanku semakin cepat. Dengan lembut dia mulai meremas-remas toketku. Aku menggenggam kontolnya dengan erat. Pentilku dipilin2nya. Aku masukan kontolnya kedalam mulutku dan mengulumnya. Dia terus menggerayangi toketku, dan mulai menciumi toketku. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kulumanku pada kontolnya semakin mengganas sampai-sampai dia terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku. Dia membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.
Kami
sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahnya menyentuh nonokku
dengan lembut. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit
lirih. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahnya di
nonokku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan
wajahnya ke dalam nonokku. kontolnya kemudian kukempit dengan toketku
dan kugerakkan maju mundur, sebentar. Dia menciumi bibir nonokku,
mencoba membukanya dengan lidahnya. Tangannya mengelus pahaku bagian
dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya
merapat. Dia menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka
lebar. kontolnya ditempelkannya pada bibir nonokku.
Digesek-gesekkannya, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku
merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. nonokku yang sudah banjir
membuat gesekannya semakin lancar karena licin. Aku terengah-engah
merasakannya. Dia sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kontolnya
menggesek-gesek itilku yang juga sudah menegang. “Baang.?” panggilku
menghiba. “Apa Nes”, jawabnya sambil tersenyum melihat aku tersiksa.
“Cepetan..” jawabku. Dia sengaja mengulur-ulur dengan hanya
menggesek-gesekan kont0l. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan
lagi mengekang birahiku. “Ines sudah pengen dientot bang”, kataku. Aku
melenguh merasakan desakan kontolnya yang besar itu. Aku menunggu cukup
lama gerakan kontolnya memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai.
Maklum aja, selain besar, kontolnya juga panjang. Aku sampai menahan
nafas saat kontolnya terasa mentok di dalam, seluruh kontolnya amblas
di dalam. Dia mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga
enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam
nonokku membuat kontolnya keluar masuk dengan lancarnya. Aku
mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun
mengikuti irama enjotannya. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat
cepat dan bertambah liar. Gerakannya sudah tidak beraturan karena yang
penting enjotannya mencapai bagian-bagian peka di nonokku. Aku bagaikan
berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. kontolnya
menjejali penuh seluruh nonokku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa
hingga gesekan kontolnya sangat terasa di seluruh dinding nonokku. Aku
merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. aku
mengakui keperkasaan dan kelihaiannya di atas ranjang. Yang pasti aku
merasakan kepuasan tak terhingga ngent0t dengannya. Dia bergerak semakin
cepat. kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitiveku. Aku
meregang tak kuasa menahan napsu, sementara dia dengan gagahnya masih
mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku
semakin keras. Melihat reaksiku, dia mempercepat gerakannya. kontolnya
yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah
basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Aku meraih tubuhnya dan
kudekap. Kuirengkuh seluruh tubuhnya sehingga dia menindih tubuhku dengan erat. Aku membenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai pantatnya dan menekannya kuat-kuat. Aku meregang. Tubuhku mengejang-ngejang. “baang..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya. Dia menciumi wajah dan bibirku.
kudekap. Kuirengkuh seluruh tubuhnya sehingga dia menindih tubuhku dengan erat. Aku membenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai pantatnya dan menekannya kuat-kuat. Aku meregang. Tubuhku mengejang-ngejang. “baang..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya. Dia menciumi wajah dan bibirku.
Aku
mendorong tubuhnya hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan
menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuemut kontolnya
yang masih tegak itu. Lidahku menjilati, mulutku mengemut. Tanganku
mengocok-ngocok kontolnya. Belum sempat dia mengucapkan sesuatu, aku
langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan
masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhnya. nonokku berada
persis di atas kontolnya. “Akh!” pekikku tertahan ketika kontolnya
kubimbing memasuki nonokku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan
seluruh kontolnya.
Selanjutnya
aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak.
Pinggulku bergerak turun naik. “Ouugghh. Nes.., luar biasa!” jeritnya
merasakan hebatnya permainanku. Pinggulku mengaduk-aduk lincah,
mengulek liar tanpa henti. Tangannya mencengkeram kedua toketku,
diremas dan dipilin-pilin. Dia lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya
dibenamkan ke dadaku. Menciumi pentilku. Dihisapnya kuat-kuat sambil diremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk dengan pinggulku. Dia menggoyangkan pantatnya. Tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Dia merasa pejunya udah mau nyembur. Dia semakin bersemangat memacu pinggulnya untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku terus memacu
sambil menjerit-jerit histeris. Dia mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejunya nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri nonokku. Aku pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengannya. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “Baaang., nikmaat!” jeritku tak tertahankan. Aku lemes, demikian pula dia. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! Akhirnya kami tertidur kelelahan. Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Tante Girang, Cerita Seks Teman Sekantor, Cerita seks dewasaCerita Dewasa Terhits, Cerita Mesum, Cerita Bokep, Cerita Porn, Cerita Seks Dewasa, Foto Sex secara gratis dan selalu update || Memanjakan Diri Dulu Sebelum ML Biar Wangi
dibenamkan ke dadaku. Menciumi pentilku. Dihisapnya kuat-kuat sambil diremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk dengan pinggulku. Dia menggoyangkan pantatnya. Tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Dia merasa pejunya udah mau nyembur. Dia semakin bersemangat memacu pinggulnya untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku terus memacu
sambil menjerit-jerit histeris. Dia mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejunya nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri nonokku. Aku pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengannya. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “Baaang., nikmaat!” jeritku tak tertahankan. Aku lemes, demikian pula dia. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! Akhirnya kami tertidur kelelahan. Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Tante Girang, Cerita Seks Teman Sekantor, Cerita seks dewasaCerita Dewasa Terhits, Cerita Mesum, Cerita Bokep, Cerita Porn, Cerita Seks Dewasa, Foto Sex secara gratis dan selalu update || Memanjakan Diri Dulu Sebelum ML Biar Wangi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar