CERITA SEX Ngentot Dengan Pacar dan Mamanya sampai KO
tersyuur adalah Blog yang menampilkan Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Tante Girang, Cerita Seks Teman Sekantor, Cerita seks dewasaCerita Dewasa Terhits, Cerita Mesum, Cerita Bokep, Cerita Porn, Cerita Seks Dewasa, Foto Sex secara gratis dan selalu update || Ngentot Dengan Pacar dan Mamanya sampai KO
Didalam
cerita pengalaman saya yang pertama yang saya beri judul "Masa kecil
saya di Palembang", saya menceritakan bagaimana saya diperkenalkan
kepada kenikmatan senggama pada waktu saya masih berumur 13 tahun oleh
Ayu, seorang wanita tetangga kami yang telah berumur jauh lebih tua.
Saya dibesarkan didalam keluarga yang sangat taat dalam agama. Saya
sebelumnya belum pernah terekspos terhadap hubungan laki-laki dan
perempuan. Pengetahuan saya mengenai hal-hal persetubuhan hanyalah
sebatas apa yang saya baca didalam cerita-cerita porno ketikan yang
beredar di sekolah ketika saya duduk di bangku SMP.
Pada masa itu belum banyak kesempatan bagi anak lelaki seperti saya
walaupun melihat tubuh wanita bugil sekalipun. Anak-anak lelaki masa ini
mungkin susah membayangkan bahwa anak seperti saya cukup melihat
gambar-gambar di buku mode-blad punya kakak saya seperti Lana Lobell,
dimana terdapat gambar-gambar bintang film seperti Ginger Roberts, Jayne
Mansfield, yang memperagakan pakaian dalam, ini saja sudah cukup
membuat kita terangsang dan melakukan masturbasi beberapa kali.
Bisalah dibayangkan bagaimana menggebu-gebunya gairah dan nafsu saya
ketika diberi kesempatan untuk secara nyata bukan saja hanya bisa
melihat tubuh bugil wanita seperti Ayu, tetapi bisa mengalami kenikmatan
bersanggama dengan wanita sungguhan, tanpa memperdulikan apakah wanita
itu jauh lebih tua. Dengan hanya memandang tubuh Ayu yang begitu mulus
dan putih saja sucah cukup sebetulnya untuk menjadi bahan imajinasi saya
untuk bermasturbasi, apalagi dengan secara nyata-nyata bisa merasakan
hangatnya dan mulusnya tubuhnya. Apalagi betul-betul melihat kemaluannya
yang mulus tanpa jembut. Bisa mencium dan mengendus bau kemaluannya
yang begitu menggairahkan yang kadang-kadang masih berbau sedikit amis
kencing perempuan dan yang paling hebat lagi buat saya adalah bisanya
saya menjilat dan mengemut kemaluannya dan kelentitnya yang
seharusnyalah masih merupakan buah larangan yang penuh rahasia buat
saya.
Mungkin pengalaman dini inilah yang membuat saya menjadi sangat
menikmati apa yang disebut cunnilingus, atau mempermainkan kemaluan
wanita dengan mulut. Sampai sekarangpun saya sangat menikmati
mempermainkan kemaluan wanita, mulai dari memandang, lalu mencium aroma
khasnya, lalu mempermainkan dan menggigit bibir luarnya (labia majora),
lalu melumati bagian dalamnya dengan lidah saya, lalu mengemut
clitorisnya sampai si wanita minta-minta ampun kewalahan. Yang terakhir
barulah saya memasukkan batang kemaluan saya kedalam liang sanggamanya
yang sudah banjir. Setelah kesempatan saya dan Ayu untuk bermain cinta (saya tidak tahu
apakah itu bisa disebut bermain cinta) yang pertama kali itu, maka kami
menjadi semakin berani dan Ayu dengan bebasnya akan datang kerumah saya
hampir setiap hari, paling sedikit 3 kali seminggu. Apabila dia datang,
dia akan langsung masuk kedalam kamar tidur saya, dan tidak lama
kemudian sayapun segera menyusul.
Biasanya dia selalu mengenakan daster yang longgar yang bisa
ditanggalkan dengan sangat gampang, hanya tarik saja keatas melalui
kepalanya, dan biasanya dia duduk dipinggiran tempat tidur saya. Saya
biasanya langsung menerkam payudaranya yang sudah agak kendor tetapi
sangat bersih dan mulus. Pentilnya dilingkari bundaran yang
kemerah-merahan dan pentilnya sendiri agak besar menurut penilaian saya.
Ayu sangat suka apabila saya mengemut pentil susunya yang menjadi
tegang dan memerah, dan bisa dipastikan bahwa kemaluannya segera menjadi
becek apabila saya sudah mulai ngenyot-ngenyot pentilnya.
Mungkin saking tegangnya saya didalam melakukan sesuatu yang terlarang,
pada permulaannya kami mulai bersanggama, saya sangat cepat sekali
mencapai klimaks. Untunglah Ayu selalu menyuruh saya untuk
menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kemaluannya lebih dulu sehingga
biasanya dia sudah orgasme duluan sampai dua atau tiga kali sebelum saya
memasukkan penis saya kedalam liang peranakannya, dan setelah saya
pompa hanya beberapa kali saja maka saya seringkali langsung
menyemprotkan mani saya kedalam vaginanya. Barulah untuk ronde kedua
saya bisa menahan lebih lama untuk tidak ejakulasi dan Ayu bisa menyusul
dengan orgasmenya sehingga saya bisa merasakan empot-empotan vaginanya
yang seakan-akan menyedot penis saya lebih dalam kedalam sorga dunia.
Ayu juga sangat doyan mengemut-ngemut penis saya yang masih belum
bertumbuh secara maksimum. Saya tidak disunat dan Ayu sangat sering
menggoda saya dengan menertawakan "kulup" saya, dan setelah beberapa
minggu Ayu kemudian berhasil menarik seluruh kulit kulup saya sehingga
topi baja saya bisa muncul seluruhnya. Saya masih ingat bagaimana dia
berusaha menarik-narik atau mengupas kulup saya sampai terasa sakit,
lalu dia akan mengobatinya dengan mengemutnya dengan lembut sampai
sakitnya hilang. Setelah itu dia seperti memperolah permainan baru
dengan mempermainkan lidahnya disekeliling leher penis saya sampai saya
merasa begitu kegelian dan kadang-kadang sampai saya tidak kuat
menahannya dan mani saya tumpah dan muncrat ke hidung dan matanya.
Kadang-kadang Ayu juga minta "main" walaupun dia sedang mens. Walaupun
dia berusaha mencuci vaginanya lebih dulu, saya tidak pernah mau mencium
vaginanya karena saya perhatikan bau-nya tidak menyenangkan.
Paling-paling saya hanya memasukkan penis saja kedalam vaginanya yang
terasa banjir dan becek karena darah mensnya. Terus terang, saya tidak
begitu menikmatinya dan biasanya saya cepat sekali ejakulasi. Apabila
saya mencabut kemaluan saya dari vagina Ayu, saya bisa melihat cairan
darah mensnya yang bercampur dengan mani saya. Kadang-kadang saya merasa
jijik melihatnya.
Satu hari, kami sedang asyik-asyiknya menikmati sanggama, dimana kami
berdua sedang telanjang bugil dan Ayu sedang berada didalam posisi
diatas menunggangi saya. Dia menaruh tiga buah bantal untuk menopang
kepala saya sehingga saya bisa mengisap-isap payudaranya sementara dia
menggilas kemaluan saya dengan dengan kemaluannya. Pinggulnya naik turun
dengan irama yang teratur. Kami rileks saja karena sudah begitu
seringnya kami bersanggama. Dan pasangan suami isteri yang tadinya
menyewa kamar dikamar sebelah, sudah pindah kerumah kontrakan mereka
yang baru.
Saya sudah ejakulasi sekali dan air mani saya sudah bercampur dengan jus
dari kemaluannya yang selalu membanjir. Lalu tiba-tiba, pada saat dia
mengalami klimaks dan dia mengerang-erang sambil menekan saya dengan
pinggulnya, anak perempuannya yang bernama Efi ternyata sedang berdiri
dipintu kamar tidur saya dan berkata, "Ibu main kancitan, iya..?"
(kancitan = ngentot, bahasa Palembang)
Saya sangat kaget dan tidak tahu harus berbuat bagaimana tetapi karena
sedang dipuncak klimaksnya, Ayu diam saja terlentang diatas tubuh saya.
Saya melirik dan melihat Efi datang mendekat ketempat tidur, matanya
tertuju kebagian tubuh kami dimana penis saya sedang bersatu dengan
dengan kemaluan ibunya. Lalu dia duduk di pinggiran tempat tidur dengan
mata melotot.
"Hayo, ibu main kancitan," katanya lagi.
Lalu pelan-pelan Ayu menggulingkan tubuhnya dan berbaring disamping saya
tanpa berusaha menutupi kebugilannya. Saya mengambil satu bantal dan
menutupi perut dan kemaluan saya .
"Efi, Efi. Kamu ngapain sih disini?" kata Ayu lemas.
"Efi pulang sekolah agak pagi dan Efi cari-cari Ibu dirumah, tahunya
lagi kancitan sama Bang Johan," kata Efi tanpa melepaskan matanya dari
arah kemaluan saya. Saya merasa sangat malu tetapi juga heran melihat
Ayu tenang-tenang saja.
"Efi juga mau kancitan," kata Efi tiba-tiba.
"E-eh, Efi masih kecil.." kata ibunya sambil berusaha duduk dan mulai mengenakan dasternya.
"Efi mau kancitan, kalau nggak nanti Efi bilangin Abah."
"Jangan Efi, jangan bilangin Abah.., kata Ayu membujuk.
"Efi mau kancitan," Efi membandel. "Kalo nggak nanti Efi bilangin Abah.."
"Iya udah, diam. Sini, biar Johan ngancitin Efi." Ayu berkata.
Saya hampir tidak percaya akan apa yang saya dengar. Jantung saya
berdegup-degup seperti alu menumbuk. Saya sudah sering melihat Efi
bermain-main di pekarangan rumahnya dan menurut saya dia hanyalah
seorang anak yang masih begitu kecil. Dari mana dia mengerti tentang
"main kancitan" segala?
Ayu mengambil bantal yang sedang menutupi kemaluan saya dan tangannya
mengelus-ngelus penis saya yang masih basah dan sudah mulai berdiri
kembali.
"Sini, biar Efi lihat." Ayu mengupas kulit kulup saya untuk menunjukkan
kepala penis saya kepada Efi. Efi datang mendekat dan tangannya ikut
meremas-remas penis saya. Aduh maak, saya berteriak dalam hati.
Bagaimana ini kejadiannya? Tetapi saya diam saja karena betul-betul
bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.
Tempat tidur saya cukup besar dan Ayu kemudian menyutuh Efi
untuk membuka baju sekolahnya dan telentang di tempat tidur didekat
saya. Saya duduk dikasur dan melihat tubuh Efi yang masih begitu remaja.
Payudaranya masih belum berbentuk, hampir rata tetapi sudah agak
membenjol. Putingnya masih belum keluar, malahan sepertinya masuk
kedalam. Ayu kemudian merosot celana dalam Efi dan saya melihat kemaluan
Efi yang sangat mulus, seperti kemaluan ibunya. Belum ada bibir luar,
hanya garis lurus saja, dan diantara garis lurus itu saya melihat
itilnya yang seperti mengintip dari sela-sela garis kemaluannya. Efi
merapatkan pahanya dan matanya menatap kearah ibunya seperti menunggu
apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Saya mengelus-elus bukit venus Efi yang agak menggembung lalu saya coba
merenggangkan pahanya. Dengan agak enggan, Efi menurut, dan saya
berlutut di antara kedua pahanya dan membungkuk untuk mencium
selangkangan Efi.
"Ibu, Efi malu ah.." kata Efi sambil berusaha menutup kemaluannya dengan kedua tangannya.
"Ayo, Efi mau kancitan, ndak?" kata Ayu.
Saya mengendus kemaluan Efi dan baunya sangat tajam.
"Uh, mambu pesing." Saya berkata dengan agak jijik. Saya juga melihat
adanya "keju" yang keputih-putihan diantara celah-celah bibir kemaluan
Efi.
"Tunggu sebentar," kata Ayu yang lalu pergi keluar kamar tidur. Saya
menunggu sambil mempermainkan bibir kemaluan Efi dengan jari-jari saya.
Efi mulai membuka pahanya makin lebar.
Sebentar kemudian Ayu datang membawa satu baskom air dan satu handuk
kecil. Dia pun mulai mencuci kemaluan Efi dengan handuk kecil itu dan
saya perhatikan kemaluan Efi mulai memerah karena digosok-gosok Ayu
dengan handuk tadi. Setelah selesai, saya kembali membongkok untuk
mencium kemaluan Efi. Baunya tidak lagi setajam sebelumnya dan sayapun
menghirup aroma kemaluan Efi yang hanya berbau amis sedikit saja. Saya
mulai membuka celah-celah kemaluannya dengan menggunakan lidah saya dan
Efi-pun merenggangkan pahanya semakin lebar. Saya sekarang bisa melihat
bagian dalam kemaluannya dengan sangat jelas. Bagian samping kemaluan
Efi kelihatan sangat lembut ketika saya membuka belahan bibirnya dengan
jari-jari saya, kelihatanlah bagian dalamnya yang sangat merah.
Saya isap-isap kemaluannya dan terasa agak asin dan ketika saya
mempermainkan kelentitnya dengan ujung lidah saya, Efi menggeliat-geliat
sambil mengerang, "Ibu, aduuh geli, ibuu.., geli nian ibuu.."Saya kemudian bangkit dan mengarahkan kepala penis saya kearah belahan
bibir kemaluan Efi dan tanpa melihat kemana masuknya, saya dorong
pelan-pelan.
"Aduh, sakit bu..," Efi hampir menjerit.
"Johan, pelan-pelan masuknya." Kata Ayu sambil mengelus-elus bukit Efi.
Saya coba lagi mendorong, dan Efi menggigit bibirnya kesakitan.
"Sakit, ibu."
Ayu bangkit kembali dan berkata,"Johan tunggu sebentar," lalu dia pergi keluar dari kamar.
Saya tidak tahu kemana Ayu perginya dan sambil menunggu dia kembali
sayapun berlutut didepan kemaluan Efi dan sambil memegang batang penis,
saya mempermainkan kepalanya di clitoris Efi. Efi memegang kedua tangan
saya erat-erat dengan kedua tangannya dan saya mulai lagi mendorong.Saya merasa kepala penis saya sudah mulai masuk tetapi
rasanya sangat sempit. Saya sudah begitu terbiasa dengan lobang kemaluan
Ayu yang longgar dan penis saya tidak pernah merasa kesulitan untuk
masuk dengan mudah. Tetapi liang vagina Efi yang masih kecil itu terasa
sangat ketat. Tiba-tiba Efi mendorong tubuh saya mundur sambil
berteriak, "Aduuh..!" Rupanya tanpa saya sadari, saya sudah mendorong
lebih dalam lagi dan Efi masih tetap kesakitan.
Sebentar lagi Ayu datang dan dia memegang satu cangkir kecil yang berisi
minyak kelapa. Dia mengolesi kepala penis saya dengan minyak itu dan
kemudian dia juga melumasi kemaluan Efi. Kemudian dia memegang batang
kemaluan saya dan menuntunnya pelan-pelan untuk memasuki liang vagina
Efi. Terasa licin memang dan saya-pun bisa masuk sedikit demi sedikit.
Efi meremas tangan saya sambil menggigit bibir, apakah karena menahan
sakit atau merasakan enak, saya tidak tahu pasti.
Saya melihat Efi menitikkan air mata tetapi saya meneruskan memasukkan batang penis saya pelan-pelan.
"Cabut dulu," kata Ayu tiba-tiba.
Saya menarik penis saya keluar dari lobang kemaluan Efi. Saya bisa
melihat lobangnya yang kecil dan merah seperti menganga. Ayu kembali
melumasi penis saya dan kemaluan Efi dengan minyak kelapa, lalu menuntun
penis saya lagi untuk masuk kedalam lobang Efi yang sedang menunggu.
Saya dorong lagi dengan hati-hati, sampai semuanya terbenam didalam Efi.
Aduh nikmatnya, karena lobang Efi betul-betul sangat hangat dan ketat,
dan saya tidak bisa menahannya lalu saya tekan dalam-dalam dan air
manikupun tumpah didalam liang kemaluan Efi. Efi yang masih kecil. Saya
juga sebetulnya masih dibawah umur, tetapi pada saat itu kami berdua
sedang merasakan bersanggama dengan disaksikan Ayu, ibunya sendiri.
Efi belum tahu bagaimana caranya mengimbangi gerakan bersanggama dengan
baik, dan dia diam saja menerima tumpahan air mani saya. Saya juga tidak
melihat reaksi dari Efi yang menunjukkan apakah dia menikmatinya atau
tidak. Saya merebahkan tubuh saya diatas tubuh Efi yang masih kurus dan
kecil itu. Dia diam saja.
Setelah beberapa menit, saya berguling kesamping dan merebahkan diri
disamping Efi. Saya merasa sangat terkuras dan lemas. Tetapi rupanya Ayu
sudah terangsang lagi setelah melihat saya menyetubuhi anaknya. Diapun
menaiki wajah saya dan mendudukinya dan menggilingnya dengan vaginanya
yang basah, dan didalam kami di posisi 69 itu diapun mengisap-ngisap
penis saya yang sudah mulai lemas sehingga penis saya itu mulai menegang
kembali.
Wajah saya begitu dekat dengan anusnya dan saya bisa mencium sedikit bau
anus yang baru cebok dan entah kenapa itu membuat saya sangat
bergairah. Nafsu kami memang begitu menggebu-gebu, dan saya sedot dan
jilat kemaluan Ayu sepuas-puasnya, sementara Efi menonton kami berdua
tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saya sudah mengenal kebiasaan Ayu
dimana dia sering kentut kalau betul-betul sedang klimaks berat, dan
saat itupun Ayu kentut beberapa kali diatas wajah saya. Saya sempat
melihat lobang anusnya ber-getar ketika dia kentut, dan sayapun
melepaskan semburan air mani saya yang ketiga kalinya hari itu didalam
mulut Ayu. "Alangkah lemaknyoo..!" saya berteriak dalam hati.
| Ngentot Dengan Pacar dan Mamanya sampai KO |
Saya tidak merasa seperti seorang yang bejat moral. Saya tidak pernah melacur dan ketika saya masih kawin dengan isteri saya yang orang bule, walaupun perkawinan kami itu berakhir dengan perceraian, saya tidak pernah menyeleweng. Tetapi saya akan selalu berterima kasih kepada Ayu (entah dimana dia sekarang) yang telah memberikan saya kenikmatan didalam umur yang sangat dini, dan pelajaran yang sangat berharga didalam bagaimana melayani seorang perempuan, terlepas dari apakah itu salah atau tidak. Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Tante Girang, Cerita Seks Teman Sekantor, Cerita seks dewasaCerita Dewasa Terhits, Cerita Mesum, Cerita Bokep, Cerita Porn, Cerita Seks Dewasa, Foto Sex secara gratis dan selalu update || Ngentot Dengan Pacar dan Mamanya sampai KO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar